Pernahkah kita bisa benar-benar berbuat segala sesuatu dengan ikhlas yang sesunguhnya?,hingga tak ada lagi pamrih yang sekecil apapun yang timbul dari dalam hati?, ikhlas yang sepenuhnya ikhlas, tanpa mengharap timbal balik, atau balasan atas apa yang telah kita lakukan? sebagai manusia tentunya susah sekali untuk mewujudkan hal tersebut, ya memang kita bisa mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan kita tidak menuntut sedikitpun atas apa yang telah kita lakukan, tapi kadarnya? siapa yang bisa tahu kadarnya? akankah bisa murni ikhlas 100% tanpa mengharap balasan? saya rasa tidak.
seorang yang menanam kebaikan kepada orang lain walau sedikitpun tidak meminta balasan atas apa yang telah ia lakukan, tetapi suatu saat terbersit juga dihatinya bahwa ia juga menginginkan kebaikan yang sama yang timbul dari diri orang tersebut, walau hanya terbersit dihatinya tapi menyiratkan bahwa ia juga mengharap balasan serupa. orang yang bersedekah mengeluarkan begitu banyak biaya kepada orang yang tidak mampu, memberikan uang, makanan, dan materi yang jumlahnya besar, ikhlaskah dia atas apa yang dilakukannya? benarkah dia melakukan semua itu tanpa mengharap balasan? benarkah dia merelakan semua yang diberikannya tanpa terbersit sedikitpun dihatinya, bahwa ia tidak mengharap apapun dari tindakanya tersebut?.
jika ia menjawab, tidak sedikitpun mengharap balas, kecuali amal yang akan dilimpahkan tuhan kepadanya, lantas apabila semua yang dilakukannya itu tidak mendapatkan amal dari tuhan, masih ikhlaskah dia atas perbuatannya, ok.. sekarang apa sebenarnya definisi ikhlas yang sesungguhnya? menurut saya, ikhlas berarti bersih dari segala maksud pribadi, dari segala pamrih dan riya', tidak mengharap pujian orang dan bebas dari perhitungan untung - rugi material.
bersihkah kita dari hal - hal seperti ini? sudah ikhlaskah kita atas apa yang kita lakukan? benarkah? coba tanya diri anda, ketika anda sudah melakukan hal yang terbaik, terbaik yang anda mampu tetapi ternyata kebaikan tersebut tidak dihargai, bahkan tidak dianggap sama sekali, dan anda merasa menyesal melakukan hal tersebut, sehingga timbullah dihati perasaan tidak ikhlas, tidak rela, apapun itu yang berbuah tidak ikhlas.
ternyata . . . susah sekali untuk menjadi ikhlas ya, dan kita manusia tentunya akan terus terlibat dengan perasaan - perasaan semacam itu, berhitung dan terus berhitung atas apa yang telah kita lakukan, untung - rugi, timpal - balik, aksi - reaksi , X&Y,
adalah kita sebagai manusia yang dianugerahi akal, kecerdasan dan perasaan, sehingga kita dapat memutuskan bagaimana untuk bersikap, dan bertindak yang sewajarnya, yang sebaiknya, karena hal itulah yang membedakan kita dari mahluk ciptaan tuhan yang lain. mengenai bagaimana manusia dapat menjadi manusia yang sepenuhnya ikhlas, saya rasa selama si manusia masih memiliki kepentingan - kepentingan duniawi, dan masih terlibat dengan hal- hal keduniawian, dan menjadikan hal -hal keduniawian tersebut sebagai hal pokok keseharian kita, rasanya sulit untuk menjadi ikhlas yang seutuhnya. ikhlas yang sepenuhnya ikhlas akan dapat diwujudkan ketika kita sudah melepaskan diri dari hal - hal keduniawian, tapi karena kita manusia yang dianugerahkan akal, kecerdasan dan pikiran tentunya kita akan terus belajar, untuk menjadi sosok manusia yang lebih baik lagi.
7 comments:
Insya Allah jika memang berniat baik, belajar menjadi manusia yang lebih baik, Allah akan mengabulkan. Amin.
Kalau ditanya pernahkah? Insya Allah kitapun sering melakukan sesuatu dimana kita tidak mengharap balasan dari manusia manapun.
Namun kalau ditanya apakah semua perbuatan bisa kita lakukan dengan ikhlas, menurut saya sangat sulit bahkan tidak mungkin kita melakukan semua perbuatan dengan ikhlas. Selalu ada perbuatan kita yang kita lakukan, ternyata tidak ikhlas.
Hanya segelintir orang, yang bisa melakukan hal itu. Hanya mereka yang selalu "eling"
menurut Tka, ikhlas berarti bersih dari segala maksud pribadi, dari segala pamrih dan riya', tidak mengharap pujian orang dan bebas dari perhitungan untung - rugi material.
Bukan itu saja Tika, orang yang ikhlas tidak akan pernah mengeluh terhadap semua kondisi yang terjadi pada dirinya. Apapun kondisi yang diterimanya saat ini, akan diterima dengan senang hati. Susah dan senang tiada beda baginya. Semua diterima dengan perasaan yang sama, yakni rasa senang. Karena dia sadar, pada hakekatnya semua kejadian itu datangnya dari Allah. Tiada suatu peristiwa yang terjadi tanpa se ijin-Nya.
Sikap orang yang ikhlas selalu melihat dari kaca mata yang positif.
Tika, ini ada tambahan tulisan mengenai ikhlas, semoga bisa menambah pengertian kita mengenai ikhlas.
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT.
Adapun keikhlasan seorang hamba yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan taufik.
Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena Allah.
Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah.
Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah menembus ke dalam perasaan kalbu/bathin.
Karena itu seorang ulama ahli hikmah memberi nasehat,“Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.“
Mbak Tika, aku setuju dengan definisi ikhlas mu, sudah cukup memberi gambaran apa itu ikhlas. Tapi aku melihat ikhlas yang sesungguhnya (absolut) adalah "penyerahan diri secara total ". disini kita sudah tidak bicara untung-rugi, suka-tidak suka, dibalas-tidak dibalas, dapat pahala-gak dapat pahala, diketahui/diliat orang-nggak diliat....pokoknya itu sudah keputusan yang aku ambil, apapun konsekwensinya...aku gak ambil pusing....Dulu waktu masih jaman sekolah sering dengar cerita tentang ke ikhlasan orang2 yang mau berbuat kebaikan terhadap sesamanya, terhadap negaranya, terhadap agama yang dianutnya, terhadap politik yang dijalaninya...tapi kayaknya itu pun belum merupakan ikhlas yang absolut...karena masih bisa dipandang bukan merupakan suatu ke ikhlasan oleh orang2 yg "berseberangan"...makanya sering timbul paradoks,sampai lama aku memikirkan itu.....dan jawabannya akhirnya aku temukan juga....tidak jauh dari kehidupn kita sendiri kok, tapi sering terlewatkan. Jawaban itu kutemukan saat istriku melahirkan anak pertama kami.....Yah....itulah ke ikhlasan yg absolut....seorang wanita yg rela mengandung benih lelaki yg dicintainya dan rela mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya....aku iri dengan wanita....siapa saja, termasuk mb Tika, justru merekalah yang "memiliki" surga....sedangkan aku, sebagaimana lelaki lainnya hanya bisa membalas ke ikhlasan tersebut dengan memberikan seluruh jiwa dan raganya bagi keluargnya.itu aja....
...kalau kita langsung melupakan, berusaha untuk lupa atau memang benar-benar lupa bahwa kita pernah membantu orang lain...itulah ikhlas yg sesungguhnya...kita wajib membantu orang lain, berbuat baik dan sisanya (balas budi)bukan urusan kita...
untuk mencapai ikhlas yang sempurna memang harus melalui proses yang panjang karena kita harus totalitas menyerahkan diri ini kepada Sang Khalik, apapun pekerjaan yang kita buat tanpa menghitung untung rugi, salam
Post a Comment