Baiknya sebelum kita membicarakan lebih lanjut mengenai 72 Tahun Kemerdekaan yang kita raih,ada baiknya kita mengenang kepada sejarah sebelum terciptanya kemerdekaan bangsa Indonesia yang sangat kita cintai ini.
Pada Tanggal 06 Agustus setelah Bom Atom dijatuhkan di Kota Hiroshima, Jepang yang pada saat itu sedang menjajah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, lalu terbentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) yang sebelumnya adalah bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Momen bom atom yang menimpa di Kota Hiroshima Jepang menjadi momen berharga bagi bangsa Indonesia untuk segera memproklamirkan kemerdekaannya, sehingga pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, para pemuda membawa
Ir. Soekarno beserta Istri dan Anaknya ke Rengasdengklok dengan tujuan agar tidak dipengaruhi lagi oleh Jepang,
lalu keesokan harinya setelah naskah proklamasi telah diketik oleh Sayuti Melik dan akhirnya pada Pukul 10.00 WIB
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 dibacakanlah teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno, dan dikibarkanlah
bendera merah putih yang dijahit oleh istrinya Ibu Fatmawati, yang disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia.
Bagi para pejuang dan orang - orang yang hidup pada masa memperjuangkan kemerdekaan, makna paling
nyata dari kemerdekaan adalah lepasnya cengkraman para penjajah dari bumi Indonesia. Namun terhitung sejak
72 tahun Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya tentunya semakin sedikit generasi yang mampu memaknai
ataupun merasakan apakah arti kemerdekaan sejati bagi para generasi penerus bangsa?
Saya salah satu dari sekian banyak generasi bangsa yang menjalani kehidupan setelah era dikibarkannya bendera merah putih, tanggal 17 agustus 1945. Saya tidak mengalami dan mengikuti bagaimana para pejuang menghunuskan senjatanya dengan semangatnya melawan penjajah, saya juga tidak mengetahui bagaimana para pejuang mengerahkan seluruh tenaga, keringat bahkan darah untuk memeperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia. Saya tidak menyaksikan bagaimana pejuang - pejuang bangsa dengan gagah beraninya melawan para penjajah hingga kehilangan anaknya, istrinya, keluarganya bahkan nyawanya.
saya hanyalah generasi penerus bangsa, yang kebanyakan menjalani kehidupan saya dengan segala sesuatu yang telah tersedia dengan mudah, tidak butuh banyak tenaga, tinggal meminta , apalagi sampai mengeluarkan begitu banyak keringat yang tercurah hingga berdarah.
jika saya hendak memaknai bagaimana arti kemerdekaan di mata saya, saya tidak tahu harus memulai darimana.
setelah hampir memasuki masa satu abad era kemerdekaan indonesia, saya belum melihat arti yang sebenarnya
dari kemerdekaan bangsa. Jika arti kemerdekaan hanyalah terlepas dari cengkraman penjajah, bukankah kita
sebenarnya masih dirangkul mesra oleh banyak penguasa- penguasa asing yang menancapkan kukunya di berbagai
sektor -sektor yang menyebabkan kita ketergantungan dan lemah tak berdaya tanpa bantuannya.
jika saya memaknai arti dari kemerdekaan adalah terciptanya kemerdekaan dalam mengeluarkan pendapat dan ide- ide brilian generasi penerus bangsa untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas yang bermanfaat bagi Bangsa Indonesia, saya masih sering melihat bagaimana orang-orang begitu takut mengaspirasikan pendapatnya bahkan terkadang ide - ide yang tercipta oleh generasi penerus bangsa seringkali dicemooh, disepelekan bahkan tidak diapresiasi sama sekali.
Sekarang, setelah 72 Tahun Bangsa Indonesia Merdeka, apakah kita telah melihat para pemuda -pemudi yang berkerja bersama untuk menghasilkan suatu karya yang benar- benar dapat mengharumkan nama besar Bangsa Indonesia?
ya, beberapa diantaranya. Tetapi sebagian besar yang terlihat adalah para pemuda-pemudi yang sama sekali tidak bisa bekerja bersama untuk meraih cita-cita mulia bangsa. Para pemuda - pemudi yang lebih sibuk dengan dirinya sendiri menjadi pribadi - pribadi individual yang tidak peduli dengan kondisi bangsanya saat ini, jangankan memberikan kontribusi, bahkan sekedar ber-empati kepada sesama pun tidak bisa terjadi. Dimanakah semangat persatuan Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua itu? dimanakah jiwa gotong royong pemuda -pemudi bersatu dan bekerja sama yang terwujud dalam sila ketiga pancasila Persatuan Indonesia? dimanakah sikap seorang pemuda sejati Indonesia yang apapun sukunya, agama-nya, ras-nya, tetapi tetap satu Bangsa Indonesia yang tercetus dalam Sumpah Pemuda?. Saya sudah jarang melihat hal - hal itu, karena sudah sangat langka.
Pertanyaan besarnya adalah : mampukah para pemuda mewujudkan Indonesia bekerja bersama setelah 72 tahun Merdeka?. Para Pemuda yang sekarang hidup pada zaman yang tidak sama seperti zaman penjajahan. Para Pemuda yang dengan gampang mendapatkan segala sesuatu kebutuhan di zaman serba ada. Para Pemuda yang saya lihat sekarang lebih sibuk dengan hal - hal destruktif ketimbang hal - hal yang produktif, lebih menyukai hal - hal bersifat kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan bersama. Para Pemuda yang lebih suka membanjiri isi timeline media sosialnya dengan hal - hal yang provokatif ketimbang hal - hal yang inspiratif. Para Pemuda yang lebih suka melihat kekurangan saudara-saudaranya sebagai bahan untuk "bully"ketimbang mencari sisi positif yang dipandang sebagai kelebihannya?.Para Pemuda yang lebih mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang di dunia maya ketimbang melihat fakta yang sesugguhnya. Para Pemuda seperti itukah yang kita harapkan untuk mewujudkan Indonesia bekerja sama setelah 72 tahun merdeka?
Marilah wahai pemuda- pemudi, sejenak kita merenungi diri, apakah kita telah mampu memberi kontribusi yang berarti bagi negeri? ketimbang berteriak- teriak meminta itu dan ini. Coba fikirkan kembali apa yang telah kita beri untuk negeri yang tercinta ini? lalu setelahnya kita benahi dan persiapkan diri untuk mewujudkan Indonesia bekerja bersama yang dapat menghasilkan manfaat sebesar-besarnya untuk negeri.
Read More......